This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Senin, 06 Juni 2016

Belajar Tasawuf Kepada Anjing


Ajing merupakan hewan yang diharamkan untuk dimakan karena ada beberapa alasan. Selepas dari hal itu anjing juga memiliki beberapa sifat-sifat yang baik yang hendak kita tiru:
  1. Tidak pernah makan sampai kenyang, ini adalah sikap orang-orang saleh (Sholihin). Makan ketika benar-benar lapar dan berhenti sebelum kenyang
  2. Sedikit tidur malam, ini adalah sikap orang-orang yang ahli tahajjud (Mutahajjidin)
  3. Andai diusir 1000 kali, dia tetap berada didepan pintu tuannya. Ini sikap mereka yang nyata kesetiaannya (Shodikin)
  4. Mau tinggal di sudut bumi yang paling rendah/hina. Inilah sikap orang-orang yang ridho dengan Ketentuan Allah SWT (Rodhiin)
  5. Andai diusir dan ditaburi tanah oleh tuanya, dia tidak akan marah maupun dendam. Inilah sikap mereka yang mabuk cinta (Asyikin)
  6. Jika tempatnya ditempati anjing lainnya, ia akan meninggalkannya dan berpindah ke tempat lainnya. Inilah sikap mereka yang pandai bersyukur (Syakirin)
  7. Jika hanya sesuap makanan yang dia terima, maka dia akan menerimanya dan bermalam hanya dengan yang sesuap itu. Inilah sikap mereka yang apa adanya (Qoni’in)
  8. Jika dia mengadakan perjalan, maka dia tidak membawa bekal apapun. Ini sikap mereka yang bertawakkal (Mutawakkilin)

Minggu, 05 Juni 2016

Ada 3 Manusia Menurut Imam Al Ghozali


Berdasarkan pendapat Imam AL Ghozali Rahimahullah dalam Kitab Bidayah Al Hidayah manusia ada tiga jenis :
  1. Manusia ada yang seperti Makanan, dimana-mana selalu dibutuhkan
  2. Manusia ada yang seperti Obat, dibutuhkan hanya saat tertentu saja
  3. Manusia ada pula yang seperti Penyakit, dimana-mana tidak dibutuhkan tetapi seorang hamba kadangkala diuji dengannya.
Dari ketiga tipe manusia diatas kita termasuk pada tipe nomor berapa ?

Habitat Bakteri


Mikroba, di alam terdapat hampir di semua tempat. Di udara mulai dari permukaan tanah sampai pada lapisan atmosfir yang pang tinggi. Di laut terdapat sampai pada dasar laut yang paling dalam. Di dalam air, seperti air sungai, selokan, kolam atau air sawah. Pada tanah yang subur. Kira-kira terdapat 50 juta bakteri per gram tanah. Mikroba terdapat di tempat di mana manusia hidup, terdapat pada udara yang kita hirup, pada makan yang kita makan, juga terdapat pada permukaan kulit, pada jari tangan, pada rambut dalam rongga mulut, usu, dalam saluran pernapasan, dan pada seluruh permukaan tubuh yang terbuka dan dianggap sebagai flora normal. Akan tetapi, untunglah hanya sebagian kecil dari mikroba itu yang dapat menimbulkan penyakit (pathogen). Setiap cm2 (sentimerer persegi) kulit terdapat sekitar 10.000 sampai dengan 100.000 bakteri.

Sumber: Entjang, I. 2003. Mikroorganisme & Parasitologi. PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.

Fase-Fase Pertumbuhan Bakteri

  1. Fase lag: Pada fase ini, sel-sel menyesuaikan diri terhadap lingkungan barunya. Metabolisme sel dipercepat sehingga menyebabkab biosintesi makromolekul  seluler ang cepat, terutama enzim-enzim, yang disiapkan untuk fase siklus berikutnya. Meskipun sel-sel ini meningkat ukurannya, tidak terjadi pembelahan  sel sehingga tidak terjadi peningkatan jumlah sel.
  2. Fase logaritmik (log): Pada kondisi nutrisi dan fisik yang optimum, sel-sel yang sehat secara fisiologi berreproduksi dengan laju yang cepat dan seragam dengan cara pembelahan binder. Jadi, terjadi peningkatan eksponensial yang cepat pada populasi, yang menggandakan jumlah secara teratur hingga jumlah sel yang maksimum tercapai. Waktu yang dibutuhkan bagi populasi untuk menggandakan jumlahnya disebut dengan waktu generasi. Panjang waktu log bervariasi, bergantung pada organisme dan komposisi  media. Rata-rata dapat diperkirakan berlangsung 6 sampai 12 jam.
  3. Fase stasioner: Selama tahap ini, jumlah sel-sel yang mengalami pembelahan sama dengan jumlah sel yang mati. Oleh sebab itu, tidak terjadi peningkatan jumlah sel lebih lanjut, dan populasi bertahan pada tingkat maksimum selam periode waktu tertentu. Faktor utama yang menimbulkan fase ini adalah berkurangnya beberapa metabolik yang penting dan akumulasi produk akhir asam atau basa yang bersifat toksit didalam media.
  4. Fase penurunan atau kematian: karena terjadi penurunan nutrisi yang berkelanjutan dan bertambahnnya buangan metabolik, mikroorganisme mati dengan laju  yang cepata dan seragam. Penurunan populasi hampir menyerupai peningkata pada fase log. Secata teoritis, seluruh populasi harus mati selama interval waktu yang sama dengan interval waktu pada fase log. Akan tetapi, hal ini tidak terjadi karena adanya sejumlah kecil organisme yang sangat resisten jangka waktu yang tidak ditentukan
Sumber: Cappuccino, J.G. dan Sherman, N. 2014. Manual Laboratorium Mikrobiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Morfologi Bakteri


Berdasarkan bentuk morfologinya, maka bakteri dapat dibagi atas tiga golongan, yaitu golongan basil, golongan kokus, dan golongan spirilium
  1. Basil (bacillus) berbentuk serupa tongkat pendek, silindris. Sebagian besar bakteri berupa basil. Basil dapat berupa bergandeng-gandengan panjang, bergandeng dua-dua, atau terlepas satu sama lain. Yang bergandeng-gandengan panjang disebut streptobasil, yang dua-dua disebut diplobasil. Ujung-ujung hasil yang terlepas satu sama lain itu tumpu, sedangkan ujung-ujung yang masih bergandeng-gandengan itu tajam
  2. Kokus (coccus) adalah bakteri yang bentuknya serupa bola-bola kecil. Kokus ada yang bergandeng-gandengan panjang serupa tali leher, disebut streptococcus; ada yang bergandeng dua-dua, ini disebut diplococcus; ada yang mengelompok empat, ini disebut tetracoccus; kokus yang mengelompok merupakan suatu untaian disebut stafilokokus; sedangkan kokus yang mengelompok serupa kubus disebut sarsina
  3. Spiral (spirilium) ialah bakteri yang bengkok atau berbengkok-bengkok serupa spiral. Bakteri yang berbentuk spiral itu tidak banyak terdapat. Golongan ini merupakan golongan yang paling kecil, jika dibandingkan dengan golongan kokus maupun basil
Sumber: Dwidjoseputro, D. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Penerbit Djambatan, Jakarta.

Struktur Bakteri


Dinding sel bakteri yang kaku dapat mempertahankan bentuk dan melindungi bakteri dari perubahan tekanan osmotik antara sel dengan lingkungannya. Berbagai struktur sel yang penting antara lain:
  1. Kapsul; merupakan struktur polisakarida longgar yang melindungi sel dari fagositosis dan dedikasi (kekeringan)
  2. Lipopolisakarida; melindungi bakteri gram negatif dari lisis yang diperantarai oleh komplemen
  3. Fimbria atau pilus; bulu-bulu tipis kusus yang membantu adesi ke sel penjamu dan kolonisasi
  4. Flagel; organ penggerak bakteri, membuat organisme mampu untuk menemukan sumber nutrisi dan menembus mukus penjamu
  5. Lendir; materi polisakarida yang disekresikan oleh beberapa bakteri yang tumbuh dalam lapisan biofilm, melindungi organisme tersebut dari serangan imunitas dan eradikasi oleh antibiotik
  6. Spora; suatu bentuk yang inert secara metabolik, dipicu oleh kondisi lingkungan yang tidak cocok, sebagai adaptasi untuk kelangsungan hidup jangka panjang, sehingga memungkinkan bakteri untuk kelangsungan hidup pada kondisi yang sesuai
Sumber: Irianto, K. 2014. Bakteriologi, Mikologi & Virologi. Penerbit Alfabeta, Bandung.

Sejarah Singkat & Musyawarah Komisariat ke II IMM UMI Makassar


Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makasar yang pada awalnya hanya memiliki satu komisariat dikarenakan minimnya kader, namun seiring berjalannya waktu kader IMM UMI Makassar semakin bertambah jumlahnya. Ini tidak terlepas dari usaha dan kerja keras Ketua Umum IMMawan Muh Basri Lampe dengan jajarannya. Berdasarkan pembacaan kondisi komisariat, pengurus/pimpinan berinisiatif memekarkan komisariat UMI menjadi II komisariat yaitu komisaria Fakultas Agama Islam dan Fakultas Hukum. inisiatif itu disambut baik oleh PC IMM Kota Makassar, pemekaran ini akan menambah jumlah komisariat IMM di Kota Makassar menjadi 24 komisariat yang awalnya berjumlah 23 komisariat yang menyebar di setiap Peguruan Tinggi Muhammadiyah (Universitas Muhammadiyah Makassar, ANAKES Muhammadiyah Makassar, AKPER Muhammadiyah Makassar , ATRO Muhammadiyah Makassar , ATEM Muhammadiyah Makassar, AKBID Muhammadiyah Makassar), maupun perguruan Tinggi non Muhammadiyah (Universita Hasanuddin, Universitas Negri Makasar dan Universitas Indonesia Timur)
                Pada musyawarah Komisariat II UMI Makasar yang dilaksanakan pada hari Sabtu-Minggu, 4-5 Juni 2016  di Pusat Dakwah Isalam Muhammadiyah (PUSDIM) Kota Makassar pemekaran komisariat benar-benar terealisai. Pada musyawarah kali ini mungkin agak berbeda dengan musyawarah komisariat pada umumnya. Seyogyanya setiap musyawarah komisariat hanya satu orang yang diamanahkan menjadi Ketua Umum namun kali ini ada dua Ketua Umum yang terpilih.
Hasil Musyawah Komisariat Uniuvesitas Muslim Indonesi  (UMI) Makasar  Sabtu-Minggu, 4-5 juni 2016 IMMawan Muh Arif Wansyah diamanahkan menahkodai PiKom IMM Fakultas Hukum dan IMMawati Sitti Fatima menahkodai PiKom IMM Fakultas Agama Islam selama satu periode kedepan (2016-2017).

Kerangan Foto
Kanan IMMawan Muh Arif Wansyah, Tengah IMMawan Muh Basri Lampe (Ketua Umum demisioner), Kiri IMMawati Sitti Fatima 

Kamis, 26 Mei 2016

Muhammad Solihin Terpilih Sebagai 13 Formatur Muktamar VXII DPP IMM di Jakarta 2016



Kakanda IMMawan Muhammad Solihin S terpilih sebagai formatur 13 memakili DPD IMM Sulawesi Selatan dengan jumlah suara 295
Berikut Track Record Kakanda IMMawan Muhammad Solihin S
=>Ketua PiKom IMM FH UNHAS (Demisioner)
=>Ketua Korkom IMM UNHAS (Demisioner)
=>Ketua PC. IMM Kota Makassar - Bidang Keilmuan (Demisioner)
=>Ketua DPD IMM SULSELBAR - Bidang Hikmah (Demisioner)

Beliau juga Mendirikan beberapa Kelompok/Komunitas Semasa/Sesudah Jabatannya, Untuk Menunjang Kapasitas Kader Yg Sesuai dengan Tuntutan Realita. 
Bagi Beliau, Jabatan bukanlah akhir untuk berkarya,.

=>Ketua Pusat Advokasi dan Kajian Aspirasi Rakyat PC. IMM Kota Makassar
=>Head Master of Paradigm School IMM Kota Makassar
=>Inisiator Majelis Taurat

"JIHAD KONSTITUSI adalah Orientasi Beliau Untuk IMM Berkemajuan"

Hasil Perhitungan Suara Pemilihan 13 Formatur Muktamar XVII DPP IMM di Jakarta 2016


Hasil perhitungan Suara Muktamar DPP IMM XVII di jakarta
Nama                  Suara
1. Hussain               510
2. Qafi Romula        459
3. Amirullah            388
4. Abdan Syakura  384
5. Ratu Syaifa       379
6. Eka Putra           364
7. Taufan                 359
8. Ela                       344
9. Marno                  342
10. Qadar Risman   333
11. Ali Mutohirin       304
12. Imam Mahdi      301
13. M. sholihin         295
14. Dedi Irawan        288
15. Firman Mustafa 276
16. Irfan                    275
17. Apridon               272
18. Maulana             263
19. Ahmad                261
20. Asrizal Nasri       258


Senin, 11 April 2016

Wajah Pendidikan Indonesia (Pergulatan Antara Idealita dan Realita)


Kita semua tahu bahwasannya pendidikan diciptakan dalam rangka sebagai sebuah usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, sesuai dengan apa yang terkandung dalam pembukaan UUD 45 maupun dalam UUD 45 itu sendiri. Namun yang kadang-kadang sering terlintas dipikiran kita apakah konsepsi seperti itu sudah benar-benar terjadi di dalam konteks realitas yang ada saat ini? 
Secara kelembagaan atau secara formal pendidikan Indonesia dimulai semenjak kemunculan politik etis yang dilakukan oleh pemerintahan Hindia Belanda pada tahun 1902, yaitu sebagai politik balas budi kepada rakyat Indonesia. Dimana politik etis sendiri terdiri dari tiga program dasar yaitu berupa irigasi, emigrasi, dan edukasi. Dari poltik etis ini pulalah yang pada akhirnya menjadi awal bagi kemunculan pergerakan kaum muda yang terdidik yang berasal dari beberapa kaum muda yang telah merasakan pendidikan tinggi diluar negeri, seperti Soekarno, Hatta, Tan Malaka dan lain sebagainya. Dimana hal tersebut menjadi sebuah awal kebangkitan kaum muda khususnya para kaum priyayi atau kaum bangsawan untuk mempelopori perjuangan Revolusi Kemerdekaan Republik Indonsesia. 
Bagi kaum penjajah Belanda tentunya hal ini merupakan suatu hal yang sangat bertolak belakang dengan apa yang mereka inginkan sebelumnya terhadap politik etis. Hal ini dikarenakan pertama, adanya politik etis merupakan sebuah strategi bagi pemerintah Hindia Belanda untuk bagaimana bisa mencuri uang dari tangan para kaum bangsawan-bangsawan pribumi. Ini mengingat karena hanya dari kaum bangsawanlah yang mampu untuk membiayai seluruh biaya pendidikan tinggi tersebut. Kedua, politik etis merupakan sebuah strategi Belanda untuk melakukan hegemoni atas bangsa Indonesia. Karena mereka yang telah keluar dari sekolah tinggi tersebut nantinya akan dijadikan sebagai tenaga produktif Belanda guna mengisi kekosongan-kekosongan yang terdapat pada perusahaan-perusahaan Belanda yang ada di Indonesia. Namun pada kenyataannya ternyata nasib baik masih berpihak kepada kita, dimana tidak semua dari mereka memilih untuk hidup senang dengan uang bergelimang ataupun dengan sekian jabatan yang coba ditawarkan oleh pemerintah Hindia Belanda. Bahkan beberapa dari mereka justru menjadi sadar akan perannya sebagai kaum pelopor yang akan mendorong perubahan bangsa ini dengan “tetap setia digaris massa”. 
Dalam konteks yang terjadi di Indonesia hari ini ternyata juga tidaklah terlalu jauh berbeda dengan apa yang terjadi dimassa penjajahan dahulu. Pasca pemerintahan Soekarno jatuh atau tepatnya pada massa Orba, kita bisa melihat bagaimana dunia pendidikan benar-benar menjadi sebuah alat bagi negara yang semata-mata digunakan untuk menyukseskan putaran roda ekonomi negara. Artinya bahwa segala institusi maupun instrumen yang ada didalam negara pada dasarnya tidak lain adalah kepanjangan tangan dari kekuatan modal, yang dilakukan melalui sekian kebijakan yang diambil oleh negara. Yang akhirnya hal tersebut pun juga berimbas kepada dunia pendidikan, sehingga orientasi pendidikan pun tidak memiliki arah yang jelas karena dunia pendidikan semata-mata diarahkan guna menyukseskan program pembangunanisme (developmentalisme) yang menjadi icon Orba pada waktu itu. 
Pada tingkatan universitas atau perguruan tinggi dunia pendidikan juga mengalami pergeseran orientasi (disorientasi) yang sangat signifikan, dimana yang pada awalnya universitas dibangun sebgai upaya untuk menjadikan manusia lebih manusia, yaitu menuju perkembangan untuk mejadi manusia yang lebih dewasa, bermoral, intelektual, populis, kritis, maju dan juga independen, kemudian diarahkan atau didorongkan untuk sekedar menjadi tenaga-tenaga kerja guna memenuhi kebutuhan pasar. Hal ini secara otomatis menyebabkan perkawinan antara dua paradigma diatas, yaitu paradigma pembangunanisme dan paradigma pendidkan humanisme, dimana salah satunya kemudian cenderung dominan (peradigma pembangunanisme). Imbasnya wacana kebenaran, keadilan, maupun intelektualitas secara perlahan-lahan mulai digeser oleh pola pikir seragam yaitu lulus cepat, pragmatis, IP dengan nilai yang tinggi serta seabrek jargon-jargon pembangunanisme lainnya (pendidikan model pabrik). Artinya bahwa pembangunanisme yang coba dibawakan oleh kepemimpinan orba pada waktu itu, diciptakan guna mencetak tenaga kerja yang terampil, siap pakai, dan taat oleh atasan tanpa harus membutuhkan pemikiran yang kritis, konseptual serta intelektualitas yang tinggi. Standar keberhasilan pendidkan pun menjadi rancu karena diukur dengan kondisi fisik yang tampak, yaitu berapa banyak lulusan yang dihasilkan, seberapa lama waktu studi dan sejauh mana lulusan yang bisa bekerja. Dan manusia seolah-olah diposisikan seperti halnya sebuah komoditi barang yang harus diproduksi secra seragam tanpa harus dipikirkan atau direnungkan kembali berguna atau tidak. Jika berguna jelas dibanggakan dan jika tidak bukankah masih bisa diloakkan?
Dalam konteks yang terjadi saat ini, paradigma diatas jelas masih sangat benar-benar kita rasakan. Dimana universitas yang sampai hari ini pun masih tidak jauh berbeda halnya dengan massa Orba dahulu, hal ini dapat kita lihat bagaimana sistem sks, absensi 70 % dan metode-metode yang lain yang masih tetap dilakukan. Krisis keuangan yang terjadi hingga pemerintahan saat ini, juga telah menyebabkan pengaruh yang sangat besar terhadap dunia pendidikan kita saat ini. Lilitan hutang luar negeri yang terus bertambah dari tahun ketahun juga, berakibat sangat fatal terhadap dunia pendidikan. Standar anggaran dana pendidikan yang seharusnya mencapai angka 20 % untuk pendidikan, kemudian dipotong hingga hanya mencapai kurang dari 5 %. Dimana sebagian besar anggaran dana pendidikan kita digunakan untuk menutupi devisit anggaran dana guna membayar hutang luar negeri bangsa ini. Akibatnya dunia pendidikan pun mengalami kekurangan anggaran guna memenuhi kebetuhan rumah tangga mereka. Yang kemudian solusinya adalah dengan melakukan komersialisasi pendidikan, dimana tiap perguruan tinggi baik negeri maupun swasta diberikan kebebasan untuk mencari kekurangan anggaran dana yang mereka perlukan sendiri. Diberikannya kebebasan setiap institusi pendidikan untuk mencari kekurangan anggaran yang mereka butuhkan untuk memenuhi kekurangan anggaran mereka, mengakibatkan mereka seolah-olah diberikan kebebasan/berhak untuk menaikkan biaya pendidikan bagi setiap calon peserta didik yang akan masuk sebagai konsekuensinya.
Mahalnya biaya pendidikan ini kemudian menyebabkan semakin sulitnya masyarakat kelas bawah untuk menikmati pendidikan tinggi pada khususnya, padahal itulah yang nantinya memungkinkan bagi mereka untuk terlibat dalam upaya perubahan struktur sosial masyarakat. Dampaknya pun secara otomatis juga membuat lapangan pekerjaan hanya bisa dinikmati oleh kalangan menengah ke atas yang bernotabene sebagai seorang sarjana. Sehingga kita bisa melihat peran sistem pendidikan tinggi juga tidak jauh berbeda halnya dengan sebagai sebuah upaya untuk melanggengkan struktur masyarakat yang menindas dan mendukung terwujudnya sebuah komunitas sosial yang asing dengan masyarakat bawah.
Dalam konteks kehidupan unversitas swasta seperti UMY khususnya, minimnya subsidi dana pendidikan akhirnya dijadikan alasan bagi mereka untuk setiap tahun secara terus-menerus dengan menambah jumlah kapasitas mahasiswa dengan uang sumbangan pendidikan mahasiswa baru yang terus bertambah, demi mengembangkan kejayaan mereka. Yang mana itu nantinya akan mengakibatkan :
Pertama, kecenderungan pertambahan / percepatan jumlah mahasiswa tidak seimbang dengan kualitas dan kuantitas dosen, laboraturium, perpustakaan dan lain sebagainnya.
Kedua, kentalnya orientasi bisnis membuat mahasiswa seolah-olah layak dibebani dengan ambisi universitas dalam mengembangkan simbol-simbol kejayaan kampus yang dapat dijadikan komoditi menarik bagi lulusan SLTA.
Ketiga, demi kebutuhan dana yang besar, maka target jumlah mahasiswapun dipatok kaku. Sehingga bukan ukuran standar kualitas yang dipakai melainkan ukuran target jumlah mahasiswa yang dikejar guna memperoleh pemasukan keuangan.
Keempat, jumlah mahasiswa yang berjubel mengakibatkan beratnya pengurus-pengurus fakultas untuk mengelola mahasiswanya. Akhirnya dipikirkanlah cara-cara agar bagaimana mempercepat kelulusan mahasiswa. Maka keluarlah idiom-idiom bahwa mahasiswa yang pandai adalah mahasiswa yang lulus cepat, penghargaan hanuya layak bagi mahasiswa yang mempunyai nilai IP yang tinggi dan sebagainya. Yang selanjutnya lahirlah ide semester pendek sebagai terobosan baru yang malah justru akhirnya hal tersebut laris-manis dikalangan mahasiswa.
Kelima, waktu pengajar pada akhirnya habis untuk aktivitas mengajar dan mengurusi jumlah mahasiswa yang begitu banyak. Dosen juga kehilangan waktu untuk mengembangkan kerja-kerja penelitian dan pengabdian masyarakat yang sesungguhnya. Sempitnya waktu yang mereka miliki mengakibatkan munculnya kasus penjiplakkan oleh dosen demi memenuhi syarat-syarat eksistensi mereka, sehingga bukan karya yang berkualitas yang dikejar melainkan karya yang apa adanya asal ada karya.
Dari situ maka sebenarnya kita sebagai kaum intelektual hendaknya kritis menyikapi semua problem-problem yang ada saat ini, karena bahwasannya “pendidikan humaniora bukanlah sebuah pendidikan kejuruan yang bisa dilakukan dengan waktu yang singkat, melainkan sebuah proses panjang yang nantinya akan menciptakan sebuah manusia yang seutuhnya”.(Education In The Humanities, Drost, SJ, 1998 : 191)

Minggu, 10 April 2016

Pencegahan Penyakit


Pada dasarnya pencegahan suatu penyakit lebih murah dari pengobatan penyakit tersebut. Proses pencegahan tersebut tidak dapat dipisahkan dari kondisi lingkungan dan sejarah terjadinya penyakit.
Dalam proses pencegahan, kita akan melakukan deteksi dan intervensi pada penyebab dan faktor resiko dari penyakit. Arti pencegahan sendiri adalah mengadakan inhibisi terhadap suatu penyakit sebelum penyakit tersebut terjadi.

Tingkat dari pencegahan penyakit adalah
A. Pencegahan primer (primary prevention)
Tingkat pencegahan ini dapat dilakukan pada fase kepekaan dari sejarah alami suatu penyakit.
Pencegahan primer terdiri dari dua kategori yaitu:

1. Peningkatan kesehatan (Health promotion)
Termasuk disini adalah :
  • Perbaikan gizi masyarakat
  • Perbaikan kondisi rumah dan tempat rekreasi
  • pendidikan kesehatan, termasuk pendidikan seks dan sanitasi
2. Pencegahan spesifik (Spesifik Protection)
Termasuk disini adalah :
  • Immunisasi
  • Penjernian air minum
  • Pencegahan kecelakaan
  • Pengaturan makan (diet) dan olah raga
Dalam pelaksanaannya pencegahan primer dipengaruhi oleh sikap individu dan lingkungan.

B. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder terdiri dari :

1. Penemuan/deteksi secara dini
  • Penemuan kanker secara dini
  • Penemuan kasus penyakit kencing manis secara dini
2. Pengobatan penyakit secara dini

    Agar penyakit tidak berkembang lebih lanjut perlu dilakukan pengobatan secara dini (pengobatan penyakit selagi belum parah)

C. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier terdiri dari :
  • Membatasi kecacatan
  • Rehabilitasi

Sumber Buku : H.J. Mukono; Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan.

Enam Raja Pernah Memimpin Manggarai


Sesuai dengan sejarah pemerintahan di Manggarai, awalnya wilayah ini diperitah oleh Raja. Ada enam Raja yang pernah memerintah Manggarai, yakni Lanur, Sehak, Lontar, Tamur, Nambuk, dan Barut. Sesuai dengan kopian sejarah singkat Manggarai yang dibacakan sepanjang perjalanan napak tilas sejarah dan budaya yang diperoleh wartawan di Ruteng dari PJS  Ketua Kwartir Cabang Pramuka Manggarai, Kon Mitang, Senin (11/11), Manggarai memiliki strutur pemerintahan kerajaan. Ada enam Raja yang pernah memerintah Manggarai, yakni raja Lanur dari Wudi di Kecamatan Cibal, lalu Raja Sehak dari Ntala Ruteng, Raja Lontar yang dijuluki Melondek dari Kampung Cabo di Cibal, Raja Tamur dari Todo, Kecamatan Satar Mese Barat, Raja Ngambut dan Raja Barut dari Todo.Pada masa Raja Lontar, Manggarai dibagi dalam bentuk dalu semacam kecamatan sekarang ini. 

Ada 37 Dalu, yakni Ruteng, Rahong, Ndoso, Kolang, Pongkor, Poco, Leok, SIta Torok, Golo, Rongga Koe, Kempo, Rajong, Manus, Riwu, Ndehes, Cibal, Lambaleda, Reok Congkar, BIting, Rembong, Pota, Ruis, Mata Wae, Mburak, Welak, Wontong, Lelak, Todo, Bajo, Nggorang, dan Raju. "Perkembangan selanjutnya, Manggarai punya Kepala Daerah atau Bupati yakni Klorus Hambur, Frans Sales Lega, Frans Dula Burhan, Gaspar Ehok, Antony Bagul Dagur, dan Chris ROtok," kata Kon Mitang di hadapan peserta Napak Tilas.Sejarah berikutnya, Manggarai dimekarkan dan terbentuklah Manggarai Barat tahun 2003 dan Manggarai Timur tahun 2007. Namun, pemekaran tersebut hanya bersifat administrasi pemerintahan. Tanah Manggarai tetap satu sebagai tanah mbate dise ame (warisan leluhur) dengan spirit lonto leok bantang cama reje leleng (musyawarah mufakat). Sedangkan nenek moyang orang Manggarai berasal dari Sumatera Barat yang berawal dari kedatangan Empo Masur, keturunan Raja Luwu Ketanah Nuca Lale atau Lale Lombong. Kehadirannya mengubah nama tempat yang didatanginya, yakni Nuca Lale menjadi Manggarai. Manggarai sendiri berasal dari kata Manggar dan Rai. Manggar adalah batu yang dibawa Empo Masur yang berfungsi sebagai watu jangkar (batu untuk menahan) wangka (perahu) untuk berhenti. Lalu, Rai berasal dari kata watu rai (batu asah). Kedua katadari batu tersebut menjadi dasar pemberian nama Manggarai. Wily Grasias mengatakan, menarik menelusuri sejarah Manggarai sejak dahulu hingga sekarang.

Catatan: Tulisan ini merupakan tulisan wartawan Harian Umum Flores Pos, Christo Lawudin pada halaman 16 Flores Pos edisi Jumat 15 November 2013.

Rabu, 06 April 2016

Syair Karya Sheikh Sa’ad Said Al Ghamidi.


Bukanlah orang asing itu mereka yang berpisah dari negeri mereka dan mengucapkan selamat tinggal sekarang
Tapi orang asing itu ialah mereka yang tetap serius di kala manusia di sekelilingnya asyik bermain-main
Dan tetap terbangun ketika manusia disekelilingnya asyik tidur dengan lenanya
Dan tetap mengikuti jalan lurus dikala manusia dalam kesesatannya tenggelam
tanpa arah
Dan betapa benarnya sebuah syair ketika dia berkata
Berkata kepadaku para sahabat, “Aku melihatmu sebagai orang asing”
Di antara orang banyak ini engkau tanpa teman dekat
Maka aku berkata, “Sekali-kali tidak! Bahkan orang banyak itulah yang asing, sedang aku berada di kehidupan dan inilah jalanku”
Inilah orang asing itu
Asing di sisi mereka yang hidup sia-sia di antara manusia
Tetapi disisi Rabb-nya, mereka berada di tempat yang mulia

Rabu, 30 Maret 2016

Sejarah Berdirinya IMATELKI (Ikatan Mahasiswa Teknologi Laboratorium Kesehatan Indonesia)


    SEJARAH AWAL Berawal dari kekosongan ruang berpendapat dan berbagi dengan background pemikiran yang sama tentang Analis Kesehatan, muncullah gagasan untuk membuat suatu forum nasional yang mampu mewadahi serta menjembatani pemikiran-pemikiran Mahasiswa Analis Kesehatan dalam lingkup nasional. Gagasan pemunculan wadah nasional ini akhirnya dapat terlaksana melalui musyawarah nasional yang diberi nama Kongres 1 IMATELKI, yang di selenggarakan di kota Surakarta pada tanggal 15-17 April 2012.
Ada beberapa hal yang menjadi alasan terbentuknya IMATELKI selain kekosongan wadah bertukar pendapat :
  1. Tidak adanya sinkronisasi antara Organisasi Profesi dengan Mahasiswa yang menjadi tonggak kemajuan Profesi Analis Kesehatan kedepan.
  2. Kosongnya ruang silaturahmi antar sesama Mahasiswa Analis Kesehatan, sehingga membuat tidak adanya jaringan serta akses informasi yang kuat antar daerah satu dengan lainnya.
  3. Belum adanya ruang aspirasi yang menunjang untuk kemajuan akademik program studi Analis Kesehatan. Tiga hal diatas menjadi awalan para penggagas untuk memebentuk Organisasi IMATELKI.
MAKNA FILOSOFIS IMATELKI terdiri dari 4 unsur kata.
  • IKATAN : memaknai sesuatu yang tak pernah putus dan selalu terikat dengan maksud ikut bersama memajukan profesi Analis Kesehatan.
  • MAHASISWA : menyatakan bahwa organisasi ini dari Mahasiswa untuk Mahasiswa.
  • TEKNOLOGI LABORATORIUM KESEHATAN : pemaknaan Analis Kesehatan kedalam bidang kesehatan yang menjadi unsur vital di dunia Laboratorium Kesehatan.

Senin, 07 Maret 2016

Jenis-Jenis Sterilisasi

Pada dasarnya sterilisasi terdiri dari :

1. Pemanasan
  • Pemasan udara 160*-180* C selama 1,5-3 jam digunakan untuk sterilisasi alat-alat dan gelas.
  • pemanasan lembab/basah : pengaliran uap pada suhu 1000* C secara intermiten, digunakan untuk sterilisasi bahan-bahanthermolabil seperti susu, larutan gula, dsb.
  • pemanasan suhu tinggi : pemanasan dengan uapdengan uap tekanan 15 lb/in2 atau 1,1 kg/cm2 (suhu 121,5* C), autoklaf. digunakan untuk sterilisasi medium, larutan yang termostabil, peralatan injeksi, dsb.
2. Filtrasi membran filter
    Mempergunakan milipore selulose asetat, asbestoz seitz, membran diatom, atau membran gelas.
    Digunakan untuk mensterilkan larutan yang bersifat thermolabil.

3. Zak Kimia
    sterilisasi pipet dan cawan petri bisa menggunakan etilen oksida, alkohol, dll, sedangkan untuk       sterilisai mahluk hidup menggunakan beta propiolakton.

Sumber Buku : Pratikum Mikrobiologi Dasar

Prosedur Penanganan & Pemeliharaan Mikroskop


Mikroskop hendaknya dibawah dalam posisi tegak dengan dua tangan yaitu dengan memegang tangkai dengan satu tangan dan menyangga dasar dengan tangan lainnya.
  1. Dasar dan tubuh mikroskop selalu bersih dari debu dengan menyelubungi mikroskp dengan plastik yang tersedia bila mikroskop tidak digunakan.
  2. Hindarkan mikroskop dari benturan tiba-tiba.
  3. Dengan kertas halus atau kapas yang dibasahi dengan xylol lensa objektif dibersihkan dari minyak imersi.
  4. Lensa jangan disentuh dengan tangan.
  5. Untuk membersih lensa objektif, lensa tidak perlu dilepaskan dari tempatnya.
  6. Bila bekerja dengan objektif minyak imersi mikroskp jangan dimiringkan. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah minyak imersi mengalis ketempat lain.
  7. Jangan melakukan penyetelan mikroskop dengan paksa.
  8. Jangan menukar-nukar lensa objektif atau lensa okuler satu dengan lainnya.
  9. Lensa okuler dibersihkan dengan cara menyeka lensa tersebut dengan kertas halus yang dibasahi akuades.

Alat Pelindung Diri (APD) di Laboratorium/Rumah Sakit

 Laboratorium merupakan tempat sangat berbahaya, oleh sebab itu ada hal yang perlu di perhatikan terutama alat pelindung diri sesuai standar :

 1. Jas Laboratorium


 2. Masker

3. Handscoon/ Sarung Tangan


4. Sepatu Boots


5. Penutup Kepala
     Dikhusukan Untuk perempuan.




Cara Menggunakan Mikroskop


  1. Mikroskop diletakan di tepi meja pada jarak terdekat dengan pemakai yang memudahkan untuk melakukan pengamatan.
  2. Preparet yang akan diamati diletakan pada meja preparat mikroskop.
  3. diafragma iris dibuka penuh dan kondensor dinaikkan.
  4. Sisi datar cermin ikroskp diatue sedemikian rupa sehingga sumber cahaya telihat pada lensa bagian atas kondensor yang akan tampak melalui lubang pada meja preparat.
  5. Pada awal pengamatan lensa yang digunakan, lensa yang digunakan adalah lensa objektif berkekuatan rendah. Setelah lensa objektif terletak pada posisi yang diinginkan, dengan posisi pengatur kasar naikkan meja preparat sampai cukup dekat dengan lens kia-kira 4 mm.
  6. Dengan melihat melalui lensa okuler lakukanlah lensa objektif perlahan-lahan dengan pengaturan halus sampai bayang terlihat jelas secara perlahan.
  7. Atur cahaya melalui diafragma untuk mendapatkan penyinaran yang baik, dan bayangan terlihat jelas.
Sumber Buku : Pratikum Mikrobiologi Dasar

Minggu, 06 Maret 2016

Pengelolaan Limbah & Sampah di Laboratorium Mikrobiologi


Limbah pratikum berupa zat-zat kimia pewarna, indikator, desinfektas, dan medium sisa, serta kultur mikroorganisme sisa percobaan berupa preparat bakteri atau jamur. Limbah-limbah tersebut sebelum dibuang harus dilakukan tahap berikut :
  • Limbah padat berupa sisa kultur mikroorganisme didalam cawan petri atau tabung reaksi disterilkan dengan cara perebusan atau autoklafing, sebelum dibuang kedalam kantong sampah. Medium padat yang telah disterilkan termasuk dalam kategori sampah berbahaya (Infeksius)
  • Buangan cairan zat warna dan readen tidak dibuang dalam bak pencucian secara langsung, tetapi dikumpulan kedalam botol pengumpul kemudian dibuang dalam sampah berbahaya.
  • Sarung tangan dan masker yang sudah tidak digunakan dibuang pada sampah berbahaya.
  • sampah perupa kertas, plastik, kapas yang belum kontak langsung dengan mikroorganisme dibuang ke tempat sampah domestik.
 Sumber Buku : Pratikum Mikrobiologi Dasar

Sabtu, 05 Maret 2016

Jaman Prasejarah Manggarai & Manggarai Barat


Berdasarkan penyelidikan para arkeolog & ethnograf di Manggarai (termasuk Manggarai Barat) telah ditemukan beberapa jejak kehidupan purba, antara lain dapat dilihat dari pola perkampungan masyarakat purba dan penemuan fosil purba di beberapa tempat di Manggarai dan Manggarai Barat.
Pola perkampungan masyarakat purba Manggarai. Dalam perkampungan purba selalu ditemukan unsur zaman batu. Fenomena tehnologi purba, bagaimana orang zaman dahulu kala membangun mosaik hidup dan kehidupannya dengan unsur batu sebagai fondasi pola perkampungan, serta khusus untuk Compang yang dihayati sebagai mesbah persembahan.
Dari konstruksi perkampungannya sendiri bisa dilihat, selain ‚’’Compang’’‚ ’’Natas’’, ’’Like’’ dan ’’Porong Telo’’ misalnya, dibangun dari susunan batu-batu sangat rapih. Bagian yang dibangun agak bertahap adalah bangunan Compang.
Compang merupakan tempat sesajian kepada arwah yang pada umumnya terletak di tengah halaman kampung. Compang berbentuk bundar menyerupai meja persembahan, terbuat dari tumpukan batu.
Pada umumnya di tengah Compang tumbuh dadap (kalo), namun dibeberapa tempat ditemukan pohon beringin (langke). Bangunan Compang pada saat ini dapat ditemukan di Compang Ruteng Pu’u, Compang Wae Rebo, Compang Cibal, Compang Mano dan Compang Pacar Pu’u dan masih ada dibeberapa tempat yang lain. Sebagian besar Compang terletak di wilayah Kabupaten Manggarai, hanya Compang Pacar Pu’u yang terletak di Kabupaten Manggarai Barat.
Binatang peninggalan zaman purba. Salah satu bukti prasejarah yang masih ada sampai sekarang di Manggarai Barat adalah satwa Komodo (Varanus komodoensis). Komodo merupakan kadal tertua yang masih hidup. Nenek moyang langsung dari komodo (Famili Varanidae) hidup pada 50 juta tahun yang lalu. Komodo barangkali sudah merupakan keturunan dari kadal yang lebih besar (Megalania presca) dari Jawa atau Australia yang hidup 30.000 tahun yang lalu.
Komodo mungkin berasal dari Asia atau Australia. Sebuah teori mengatakan bahwa komodo berpindah dari Pulau Jawa ke Pulau Komodo. Teori lain mengatakan bahwa komodo berenang dari Australia ke Pulau Timor, selanjutnya berpindah dari pulau ke pulau hingga mencapai Flores. Kira-kira 18.000 tahun lalu tingkat permukaan air diperkirakan lebih rendah 85 meter dibandingkan sekarang. Karena bagian landai yang lebih dangkal dari pulau sering terpapar dan kering, maka komodo dapat dengan mudah berpindah dari Flores ke Rinca dan Komodo. Pada saat ini, Komodo dapat ditemui di Pulau Komodo, Pulau Rinca, Gili Motang, dan sebagian kecil di utara dan barat Pulau Flores.

http://manggaraibaratkab.go.id/site/index.php/sekilas/2013-03-14-02-20-11/sejarah#jaman-pra-sejarah

Nama Pulau Flores berasal dari Bahasa Portugis “Copa de Flores” yang berarti “ Tanjung Bunga”. Nama ini diberikan oleh S.M.Cabot untuk menyebut wilayah paling timur dari Pulau Flores. Nama ini secara resmi dipakai sejak tahun 1636 oleh Gubernur Jendral Hindia Belanda Hendrik Brouwer. Nama Flores sudah dipakai hampir empat abad. Lewat sebuah studi yang cukup mendalam Orinbao (1969) nama asli Pulau Flores adalah Nusa Nipa yang berarti Pulau Ular.
Sejarah masyarakat Flores menunjukkan bahwa pulau ini dihuni oleh berbagai kelompok etnis. Masingmasing etnis menempati wilayah tertentu lengkap dengan pranata sosial budaya dan ideologi yang mengikat anggota masyarakatnya secara utuh (Barlow, 1989; Taum, 1997b). Ditinjau dari sudut bahasa dan budaya, etnis di Flores (Keraf, 1978; Fernandez, 1996) adalah sebagai berikut:
  • Etnis Manggarai - Riung (yang meliputi kelompok bahasa Manggarai, Pae, Mbai, Rajong, dan Mbaen);
  • Etnis Ngadha-Lio (terdiri dari kelompok bahasa-bahasa Rangga, Maung, Ngadha, Nage, Keo, Palue, Ende dan Lio);
  • Etnis Mukang (meliputi bahasa Sikka, Krowe, Mukang dan Muhang);
  • Etnis Lamaholot (meliputi kelompok bahasa Lamaholot Barat, Lamaholot Timur, dan Lamaholot Tengah);
  • Etnis Kedang (yang digunakan di wilayah Pulau Lembata bagian selatan).
Masyarakat Manggarai Barat merupakan bagian dari masyarakat Manggarai. Pada zaman reformasi, Manggarai mengalami perubahan, dengan melakukan pemekaran wilayah menjadi Manggarai dan Manggarai Barat. Perubahan ini terjadi pada tahun 2003. Pemekaran wilayah ini bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Sehingga secara historis antara masyarakat Manggarai dan Manggarai Barat tidak dapat dipisahkan diantara keduanya.
Masyarakat Manggarai (termasuk masyarakat Manggarai Barat) merupakan bagian dari enam kelompok etnis di Pulau Flores seperti diuraikan di atas. Manggarai adalah bagian dari Manggarai-Riung. Dalam masyarakat tradisional Manggarai termasuk Manggarai Barat terdiri dari 38 kedaluan (hameente), yakni: Ruteng, Rahong, Ndoso, Kolang, Lelak, Wotong, Todo, Pongkir, Pocoleok, Sita, Torokgolo, Ronggakoe, Kepo, Manus, Rimu, Welak, Pacar, Reho, Bari, Pasat, Nggalak, Ruis, Reo, Cibal, Lambaleda, Congkar, Biting, Pota, Rembong, Rajong, Ngoo, Mburak, Kempo, Boleng, Matawae, Lo’o dan Bajo. Dari setiap kedaluan bersemi mitos atau kisah kuno mengenai asal usul leluhurnya dengan banyak kesamaan, yaitu bagaimana nenek moyangnya datang dari laut/seberang, bagaimana nenek moyangnya turun dari gunung, menyebar dan mengembangkan hidup dan kehidupan purbanya serta titisannya.

Seperti daerah lain di NTT, Manggarai juga mendapat pengaruh pengembaraan dari orang-orang dari seberang, seperti Cina, Jawa, Bugis, Makasar, Belanda dan sebagainya.
Cina
Pengaruh Cina cukup kuat dan merata di seluruh propinsi NTT. Di Manggarai, pengaruh Cina dibuktikan dengan ditemukannya barang-barang Cina seperti guci, cermin, perunggu, uang cina dan sebagainya. Pengaruh Cina dimulai sejak awal masehi. Dari benda-benda yang ditemukan di Warloka terdapat sejumlah benda antik dari Dinasti Sung dan Ming, dibuat antara tahun 960 sampai tahun 1644.
Jawa
Pengaruh Jawa terutama berlangsung pada masa Hindu. Di Timo, pada tahun 1225 telah ada utusan dari Jawa. Diberbagai daerah di NTT ditemukan mitos mengenai Madjapahit. Sedangkan di Manggarai, label Jawa jadi toponimi di beberapa tempat, seperti Benteng Jawa.
Bugis, Makasar, Bima.
Pengaruh Bugis, Makasar di NTT termasuk luas, di Flores, Solor, Lembata, Alor dan Pantar. Kesultanan Goa. Sekitar tahun 1666, orang-orang Makasar, Sultan Goa, tidak hanya menguasai Flores Barat bagian selatan, tetapi juga seluruh Manggarai. Mereka menyetorkan upeti / pajak ke Sultan Goa. Kesultanan Goa berjaya di Flores sekitar tahun 1613 –1640. Pengaruh Goa nampak diantaranya pada budaya baju bodo dan pengistilahan Dewa Tertinggi Mori Kraeng. Dalam peristilahan harian, kata Kraeng dikenakan bagi para ningrat. Istilah tersebut mengingatkan gelar Kraeng atau Daeng dari gelar kebangsawanan di Sulawesi Selatan.
Kesultanan Bima. Pada tahun 1722, Sultan Goa dan Bima berunding. Hasil perundingan, daerah Manggarai diserahkan kepada Sultan Bima sebagai mas kawin. Sementara itu, di Manggarai muncul pertentangan antara Cibal dan Todo. Tak pelak, meletus pertempuran di Reok dan Rampas Rongot atau dikenal dengan Perang Rongot, yang dimenangkan Cibal.
Pertentangan antara Cibal dan Todo, kemudian melahirkan Perang Weol I, Perang Weol II dan Perang Bea Loli (Wudi). Perang Weol Ikemenangan di pihak Cibal. Tetapi dalam perang Weol II dan Perang Bea Loli, Cibal mengalami kekalahan. Bima saat itu membantu Todo. Kenyataan ini mengkokohkan posisi Bima di Manggarai, hingga masuknya pengaruh ekspedisi Belanda pertama tahun 1850 dan ekspedisi kedua tahun 1890 dibawah pimpinan Meerburg.
Ekspedisi yang terakhir pada tahun 1905 dibawah Pimpinan H.Christofel. Kehadiran Belanda di Manggarai, membuahkan perlawanan sengit antara Belanda dan rakyat Manggarai di bawah Pimpinan Guru Amenumpang yang bergelar Motang Rua tahun 1907 dan 1908. Namun sebelum menghadapi perlawanan Motang Rua, Belanda mendapat perlawanan dari Kraeng Tampong yang akhirnya tewas ditembak Belanda dan dikuburkan di Compang Mano.
Selain Kesultanan Goa dan Bima
Kerajaan lain yang pernah berkuasa di Manggarai adalah Kerajaan Cibal, Kerajaan Lambaleda, Kerajaan Todo, Kerajaan Tana Dena dan Kerajaan Bajo. Pada saat ini bukti serajah tentang kerajaan tersebut yang masih tersisa adalah Kerajaan Todo, walaupun kondisinya sudah sangat memprihatinkan. Referensi tentang penelusuran tentang kerajaan-kerajaan Manggarai sulit untuk didapatkan.
Belanda
Pengaruh Belanda ada sejak adanya 3 kali ekspedisi Belanda ke Manggarai, yaitu tahun 1850,1890, dan tahun 1905. Pengaruh Belanda di Manggarai terutama pada didirikannya sekolah-sekolah dan agama Katolik.
Penyebaran agama Islam
Pada abad ke-16, Belanda berekspansi ke Flores Barat untuk menguasai Manggarai. Penguasaan Manggarai tidak dilakukan secara langsung oleh Belanda, tetapi melalui Kerajaan Goa yang berkedudukan di Makasar. Jadi, Manggarai di bawah kekuasaan Kerajaan Goa. Saat itu orang orang Sulawesi memang telah memeluk agama Islam. Kehadiran Kerajaan Goa di Manggarai tidak menyebarkan agama. Kerajaan Goa hanya menjalankan pemerintahan yang digariskan Belanda.
Meski demikian, secara kultural, simbol-simbol islamik dan doa-doa tradisional, khususnya, banyak dipengaruhi tradisi islamik Goa dan Bima. Ada beberapa istilah yang sama antara orang Sulawesi, Bima, dan Manggarai, atau kemungkinan istilah itu berasal dari bahasa Makasar-Bugis, seperti kraeng sebagai gelar bangsawan di wilayah Kerajaan Goa. Istilah itu digunakan pula untuk gelar bangsawan di Manggarai sampai sekarang.
Mori, sengaji yang berarti Tuhan dalam bahasa Goa, juga mengandung arti yang sama di Manggarai. Kata kreba (kabar), rodong (sejenis kerudung yang hanya dipakai wanita), sa dako (sedikit atau segenggam), sebuah istilah yang biasa merujuk pada perilaku adil terhadap sesama. Selain itu, dikenal pula simbol-simbol dalam cara berpakaian. Orang Manggarai, terutama kaum pria, hanya merasa sah atau percaya diri, jika ia mengenakan peci hitam.
Peci dan sarung sebagai pakaian resmi yang biasa digunakan dalam penampilanpesta atau acara ritual, termasuk mengikuti ritual misa di gereja. Cara berpakaian dan jenis pakaian seperti menjadi lambang kemanggaraian. Dari ciri kultural tersebut, orang Manggarai lebih dekat dengan Sape dan Bima di Nusa Tenggara Barat ketimbang suku bangsa Ngada, atau Ende, atau suku bangsa lain di Flores. Ditemukan pula gejala parabahasa untuk berdoa secara islamik.
Penyebaran agama Katholik Roma
Kristianitas, khususnya Katholik, sudah dikenal penduduk Pulau Flores sejak abad ke-16. Tahun 1556 Portugis tiba pertama kali di Solor. Tahun 1561 Uskup Malaka mengirim empat misionaris Dominikan untuk mendirikan misi permanen di sana. Tahun 1566 Pastor Antonio da Cruz membangun sebuah benteng di Solor dan sebuah Seminari di dekat Kota Larantuka. Tahun 1577 saja sudah ada sekitar 50.000 orang Katolik di Flores (Pinto, 2000: 33-37).
Kemudian tahun 1641 terjadi migrasi besar besaran penduduk Melayu Kristen ke Larantuka ketika Portugis ditaklukkan Belanda di Malaka. Sejak itulah kebanyakan penduduk Flores mulai mengenal kristianitas, dimulai dari Pulau Solor dan Larantuka di Flores Timur kemudian menyebar ke seluruh daratan Flores (termasuk ke daerah Manggarai dan Manggarai Barat) dan Timor. Dengan demikian, berbeda dari penduduk di daerah-daerah lain di Indonesia, mayoritas masyarakat Pulau Flores memeluk agama Katholik. Penyebaran ini banyak dilakukan melalui peningkatan pendidikan masyarakat.

Profil Bupati & Wakil Bupati Manggarai Barat Semua Periode

1. Drs W. Fidelis Pranda & Drs. Agustinus Ch Dula

Merupakan pasngan Bupati dan Wakil bupati Manggarai Barat yang pertama yaitu periode 2005-2010.

 
 
Pilkada 2005 berhasil dimenangkan pasangan Wilfridus Fidelis Pranda-Agustinus Ch Dula. Pasangan ini berhasil meraup 53,75% suara sah dengan total perolehan suara sebanyak 50.032 suara.
Dari lima kecamatan yang ada di Mabar saat itu, pasangan Pranda-Dula unggul di tiga kecamatan yaitu Lembor (20.371 suara), Komodo (10.844 suara) dan Macang Pacar (7.011).
Perolehan suara kedua diraih pasangan Ferdinandus Pantas-Tobias Wanus yang mendulang suara sebanyak 26.682 suara (28,67%).
Pasangan ini unggul di Kecamatan Kuwus dengan perolahan suara sebanyak 9.602 suara (51,21%).
Pasangan Yohanes Suhandi-Onesimus Jaman hanya memperoleh 16.368 suara ( 17,58%). Pasangan ini unggul di Kecamatan Sano Nggoang dengan perolahan suara sebanyak 5.924 suara (50,44%).


2. Drs. Agustinus Ch Dula & Drs Maximus Gasa, M.Si

    Merupakan Bupati & Wakil Bupati kedua Manggarai Barat periode 2010-2010


Menariknya, pada Pilkada 2010 ini, calon incumbent yaitu Fidelis Pranda dan Agustinus Ch Dula pecah kongsi. Keduanya, menggandeng pasangan lain dalam Pilkada 2010.
Pilkada 2010 ini berhasil dimenangkan oleh pasangan Agustinus Ch Dula-Maximus Gasa. Kedunya berhasil meraup 34.972 suara atau 31,15% dari total suara sah  112.284 suara.
Dengan perolahan suara sebanyak itu, pasangan ini langsung dinyatakan sebagai pemenang, tidak ada Pilkada putaran kedua, karena perolehan suaranya di atas 30%.
Dari tuju kecamatan yang ada di Mabar pada 2010, pasangan ini unggul di Kecamatan Komodo (36,71%),Sano Nggoang (38,84%), Lembor (36,27%) dan Kuwus (28,49%).
Berikut peroleha suara lengkap Pilkada Mabar 2010 :
  1. Ir. Yohanes W. Wempi Hapan, M.Sc. dan Ir. Monaldus Nadjib : 3.225 suara (2,87%)
  2. Drs W.Fidelis Pranda dan Vinsensius Pata SH : 29.401 suara (26,18%).
  3. Mateus Hamsi S.Sos dan Theodorus Hagur : 12.968 suara (11,55%)
  4. Drs Yosf Ardis dan Bernadus Barat Daya SH, MH : 11.177 (9,95%)
  5. Drs Saferinus Dagun dan Fransiskus Sukamaniara : 2.435 suara (2,17%)
  6. Paul Serak Baut M.Si dan Drs Petrus Malada : 3.243 suara (2,89%)
  7. Drs Antony Bagul Dagur M.Si dan H. Abdul Asis, S.Sos : 14.863 suara (13,24%)
  8. Drs Agustinus Ch.Dula dan Drs Maximus Gasa M.Si : 34.972 (31,15%).
Pada 10 Juni 2010, KPUD Manggarai Barat menetapkan pasangan Agustinus Ch Dula dan Maximus Gasa sebagai pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih untuk periode 2010-2015.
Pasangan yang menang ini kemudian dikukuhkan menjadi bupati dan wakil bupati Manggarai Barat pada 9 Agustus 2010 oleh Menteri Dalam Negeri.
Namun, dinamikanya tak berhenti sampai di situ. Pasangan Fidelis Pranda-Vinsesius Pata yang mendapat suara mayoritas kedua, menggugat hasil Pilkada ini ke pengadilan.
Pada 7 Mei 2012 bahkan Mahkamah Agung (MA) membatalkan dan mencabut Surat Keputusan Mendagri Nomor 131.53 – 462 tahun 2010 tertanggal 9 Agustus 2010 yang mengangkat pasangan Agustinus CH Dulla dan Maksimus Gasa sebagai Bupati dan Wakil Bupati Mabar.


3. Drs. Agustinus Ch Dula & Drh Maria Geong, PhD

    Merupakan pasang Bupati & Wakil Bupati Manggarai Barat periode 2015-2020


Pilkada 2015 tidak kalah menarik dengan pilkada sebelumnya pilkada 2010 karena Pasangan Bupati & Wakil Bupati 2010-2015 terpecah. Drs Agustinus Ch Dula menggandeng Drh Maria Geong, PhD sebagai Wakil Bupati 2015-2020 sedangkan Wakil Bupati 2010-2015 Drs. Gasa Maximus, M.Si mencalonkan diri sebagai bupati 2015-2020 dengan wakil H. Abdul Asis, M.Pd.i
Pada Pilkada kali memengkan pasangan Drs. Agustinus CH. Dula dan Drh. Maria Geong, Ph.D dengan perolehan suara 29205 Suara (25,42%)



Hasil Pemilu 2015

















Pasangan Calon Perolehan Suara
Drs. Agustinus CH. Dula dan Drh. Maria Geong, Ph.D 29205 Suara (25,42%)
Drs. Tobias Wanus dan Fransiskus Sukmaniara 15216 Suara (13,25%)
Mateus Hamsi, S.Sos dan Drs. Paul Serak Baut, M.Si 23358 Suara (20,33%)
Drs. Gasa Maximus, M.Si dan H. Abdul Asis, M.Pd.i 22370 Suara (19,47%)
Ir. Pantas Ferdinandus, M.Si dan Yohanes Dionisius Hapan 24730 Suara (21,53%)
Total Suara Sah 114.440 Suara (99,59%)


http://www.floresa.co/2015/08/06/kilas-balik-pilkada-mabar-dari-2005-2015/
http://www.narareba.com/2015/12/perolehan-suara-pilkada-2015-NTT..html