This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Rabu, 30 Maret 2016

Sejarah Berdirinya IMATELKI (Ikatan Mahasiswa Teknologi Laboratorium Kesehatan Indonesia)


    SEJARAH AWAL Berawal dari kekosongan ruang berpendapat dan berbagi dengan background pemikiran yang sama tentang Analis Kesehatan, muncullah gagasan untuk membuat suatu forum nasional yang mampu mewadahi serta menjembatani pemikiran-pemikiran Mahasiswa Analis Kesehatan dalam lingkup nasional. Gagasan pemunculan wadah nasional ini akhirnya dapat terlaksana melalui musyawarah nasional yang diberi nama Kongres 1 IMATELKI, yang di selenggarakan di kota Surakarta pada tanggal 15-17 April 2012.
Ada beberapa hal yang menjadi alasan terbentuknya IMATELKI selain kekosongan wadah bertukar pendapat :
  1. Tidak adanya sinkronisasi antara Organisasi Profesi dengan Mahasiswa yang menjadi tonggak kemajuan Profesi Analis Kesehatan kedepan.
  2. Kosongnya ruang silaturahmi antar sesama Mahasiswa Analis Kesehatan, sehingga membuat tidak adanya jaringan serta akses informasi yang kuat antar daerah satu dengan lainnya.
  3. Belum adanya ruang aspirasi yang menunjang untuk kemajuan akademik program studi Analis Kesehatan. Tiga hal diatas menjadi awalan para penggagas untuk memebentuk Organisasi IMATELKI.
MAKNA FILOSOFIS IMATELKI terdiri dari 4 unsur kata.
  • IKATAN : memaknai sesuatu yang tak pernah putus dan selalu terikat dengan maksud ikut bersama memajukan profesi Analis Kesehatan.
  • MAHASISWA : menyatakan bahwa organisasi ini dari Mahasiswa untuk Mahasiswa.
  • TEKNOLOGI LABORATORIUM KESEHATAN : pemaknaan Analis Kesehatan kedalam bidang kesehatan yang menjadi unsur vital di dunia Laboratorium Kesehatan.

Senin, 07 Maret 2016

Jenis-Jenis Sterilisasi

Pada dasarnya sterilisasi terdiri dari :

1. Pemanasan
  • Pemasan udara 160*-180* C selama 1,5-3 jam digunakan untuk sterilisasi alat-alat dan gelas.
  • pemanasan lembab/basah : pengaliran uap pada suhu 1000* C secara intermiten, digunakan untuk sterilisasi bahan-bahanthermolabil seperti susu, larutan gula, dsb.
  • pemanasan suhu tinggi : pemanasan dengan uapdengan uap tekanan 15 lb/in2 atau 1,1 kg/cm2 (suhu 121,5* C), autoklaf. digunakan untuk sterilisasi medium, larutan yang termostabil, peralatan injeksi, dsb.
2. Filtrasi membran filter
    Mempergunakan milipore selulose asetat, asbestoz seitz, membran diatom, atau membran gelas.
    Digunakan untuk mensterilkan larutan yang bersifat thermolabil.

3. Zak Kimia
    sterilisasi pipet dan cawan petri bisa menggunakan etilen oksida, alkohol, dll, sedangkan untuk       sterilisai mahluk hidup menggunakan beta propiolakton.

Sumber Buku : Pratikum Mikrobiologi Dasar

Prosedur Penanganan & Pemeliharaan Mikroskop


Mikroskop hendaknya dibawah dalam posisi tegak dengan dua tangan yaitu dengan memegang tangkai dengan satu tangan dan menyangga dasar dengan tangan lainnya.
  1. Dasar dan tubuh mikroskop selalu bersih dari debu dengan menyelubungi mikroskp dengan plastik yang tersedia bila mikroskop tidak digunakan.
  2. Hindarkan mikroskop dari benturan tiba-tiba.
  3. Dengan kertas halus atau kapas yang dibasahi dengan xylol lensa objektif dibersihkan dari minyak imersi.
  4. Lensa jangan disentuh dengan tangan.
  5. Untuk membersih lensa objektif, lensa tidak perlu dilepaskan dari tempatnya.
  6. Bila bekerja dengan objektif minyak imersi mikroskp jangan dimiringkan. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah minyak imersi mengalis ketempat lain.
  7. Jangan melakukan penyetelan mikroskop dengan paksa.
  8. Jangan menukar-nukar lensa objektif atau lensa okuler satu dengan lainnya.
  9. Lensa okuler dibersihkan dengan cara menyeka lensa tersebut dengan kertas halus yang dibasahi akuades.

Alat Pelindung Diri (APD) di Laboratorium/Rumah Sakit

 Laboratorium merupakan tempat sangat berbahaya, oleh sebab itu ada hal yang perlu di perhatikan terutama alat pelindung diri sesuai standar :

 1. Jas Laboratorium


 2. Masker

3. Handscoon/ Sarung Tangan


4. Sepatu Boots


5. Penutup Kepala
     Dikhusukan Untuk perempuan.




Cara Menggunakan Mikroskop


  1. Mikroskop diletakan di tepi meja pada jarak terdekat dengan pemakai yang memudahkan untuk melakukan pengamatan.
  2. Preparet yang akan diamati diletakan pada meja preparat mikroskop.
  3. diafragma iris dibuka penuh dan kondensor dinaikkan.
  4. Sisi datar cermin ikroskp diatue sedemikian rupa sehingga sumber cahaya telihat pada lensa bagian atas kondensor yang akan tampak melalui lubang pada meja preparat.
  5. Pada awal pengamatan lensa yang digunakan, lensa yang digunakan adalah lensa objektif berkekuatan rendah. Setelah lensa objektif terletak pada posisi yang diinginkan, dengan posisi pengatur kasar naikkan meja preparat sampai cukup dekat dengan lens kia-kira 4 mm.
  6. Dengan melihat melalui lensa okuler lakukanlah lensa objektif perlahan-lahan dengan pengaturan halus sampai bayang terlihat jelas secara perlahan.
  7. Atur cahaya melalui diafragma untuk mendapatkan penyinaran yang baik, dan bayangan terlihat jelas.
Sumber Buku : Pratikum Mikrobiologi Dasar

Minggu, 06 Maret 2016

Pengelolaan Limbah & Sampah di Laboratorium Mikrobiologi


Limbah pratikum berupa zat-zat kimia pewarna, indikator, desinfektas, dan medium sisa, serta kultur mikroorganisme sisa percobaan berupa preparat bakteri atau jamur. Limbah-limbah tersebut sebelum dibuang harus dilakukan tahap berikut :
  • Limbah padat berupa sisa kultur mikroorganisme didalam cawan petri atau tabung reaksi disterilkan dengan cara perebusan atau autoklafing, sebelum dibuang kedalam kantong sampah. Medium padat yang telah disterilkan termasuk dalam kategori sampah berbahaya (Infeksius)
  • Buangan cairan zat warna dan readen tidak dibuang dalam bak pencucian secara langsung, tetapi dikumpulan kedalam botol pengumpul kemudian dibuang dalam sampah berbahaya.
  • Sarung tangan dan masker yang sudah tidak digunakan dibuang pada sampah berbahaya.
  • sampah perupa kertas, plastik, kapas yang belum kontak langsung dengan mikroorganisme dibuang ke tempat sampah domestik.
 Sumber Buku : Pratikum Mikrobiologi Dasar

Sabtu, 05 Maret 2016

Jaman Prasejarah Manggarai & Manggarai Barat


Berdasarkan penyelidikan para arkeolog & ethnograf di Manggarai (termasuk Manggarai Barat) telah ditemukan beberapa jejak kehidupan purba, antara lain dapat dilihat dari pola perkampungan masyarakat purba dan penemuan fosil purba di beberapa tempat di Manggarai dan Manggarai Barat.
Pola perkampungan masyarakat purba Manggarai. Dalam perkampungan purba selalu ditemukan unsur zaman batu. Fenomena tehnologi purba, bagaimana orang zaman dahulu kala membangun mosaik hidup dan kehidupannya dengan unsur batu sebagai fondasi pola perkampungan, serta khusus untuk Compang yang dihayati sebagai mesbah persembahan.
Dari konstruksi perkampungannya sendiri bisa dilihat, selain ‚’’Compang’’‚ ’’Natas’’, ’’Like’’ dan ’’Porong Telo’’ misalnya, dibangun dari susunan batu-batu sangat rapih. Bagian yang dibangun agak bertahap adalah bangunan Compang.
Compang merupakan tempat sesajian kepada arwah yang pada umumnya terletak di tengah halaman kampung. Compang berbentuk bundar menyerupai meja persembahan, terbuat dari tumpukan batu.
Pada umumnya di tengah Compang tumbuh dadap (kalo), namun dibeberapa tempat ditemukan pohon beringin (langke). Bangunan Compang pada saat ini dapat ditemukan di Compang Ruteng Pu’u, Compang Wae Rebo, Compang Cibal, Compang Mano dan Compang Pacar Pu’u dan masih ada dibeberapa tempat yang lain. Sebagian besar Compang terletak di wilayah Kabupaten Manggarai, hanya Compang Pacar Pu’u yang terletak di Kabupaten Manggarai Barat.
Binatang peninggalan zaman purba. Salah satu bukti prasejarah yang masih ada sampai sekarang di Manggarai Barat adalah satwa Komodo (Varanus komodoensis). Komodo merupakan kadal tertua yang masih hidup. Nenek moyang langsung dari komodo (Famili Varanidae) hidup pada 50 juta tahun yang lalu. Komodo barangkali sudah merupakan keturunan dari kadal yang lebih besar (Megalania presca) dari Jawa atau Australia yang hidup 30.000 tahun yang lalu.
Komodo mungkin berasal dari Asia atau Australia. Sebuah teori mengatakan bahwa komodo berpindah dari Pulau Jawa ke Pulau Komodo. Teori lain mengatakan bahwa komodo berenang dari Australia ke Pulau Timor, selanjutnya berpindah dari pulau ke pulau hingga mencapai Flores. Kira-kira 18.000 tahun lalu tingkat permukaan air diperkirakan lebih rendah 85 meter dibandingkan sekarang. Karena bagian landai yang lebih dangkal dari pulau sering terpapar dan kering, maka komodo dapat dengan mudah berpindah dari Flores ke Rinca dan Komodo. Pada saat ini, Komodo dapat ditemui di Pulau Komodo, Pulau Rinca, Gili Motang, dan sebagian kecil di utara dan barat Pulau Flores.

http://manggaraibaratkab.go.id/site/index.php/sekilas/2013-03-14-02-20-11/sejarah#jaman-pra-sejarah

Nama Pulau Flores berasal dari Bahasa Portugis “Copa de Flores” yang berarti “ Tanjung Bunga”. Nama ini diberikan oleh S.M.Cabot untuk menyebut wilayah paling timur dari Pulau Flores. Nama ini secara resmi dipakai sejak tahun 1636 oleh Gubernur Jendral Hindia Belanda Hendrik Brouwer. Nama Flores sudah dipakai hampir empat abad. Lewat sebuah studi yang cukup mendalam Orinbao (1969) nama asli Pulau Flores adalah Nusa Nipa yang berarti Pulau Ular.
Sejarah masyarakat Flores menunjukkan bahwa pulau ini dihuni oleh berbagai kelompok etnis. Masingmasing etnis menempati wilayah tertentu lengkap dengan pranata sosial budaya dan ideologi yang mengikat anggota masyarakatnya secara utuh (Barlow, 1989; Taum, 1997b). Ditinjau dari sudut bahasa dan budaya, etnis di Flores (Keraf, 1978; Fernandez, 1996) adalah sebagai berikut:
  • Etnis Manggarai - Riung (yang meliputi kelompok bahasa Manggarai, Pae, Mbai, Rajong, dan Mbaen);
  • Etnis Ngadha-Lio (terdiri dari kelompok bahasa-bahasa Rangga, Maung, Ngadha, Nage, Keo, Palue, Ende dan Lio);
  • Etnis Mukang (meliputi bahasa Sikka, Krowe, Mukang dan Muhang);
  • Etnis Lamaholot (meliputi kelompok bahasa Lamaholot Barat, Lamaholot Timur, dan Lamaholot Tengah);
  • Etnis Kedang (yang digunakan di wilayah Pulau Lembata bagian selatan).
Masyarakat Manggarai Barat merupakan bagian dari masyarakat Manggarai. Pada zaman reformasi, Manggarai mengalami perubahan, dengan melakukan pemekaran wilayah menjadi Manggarai dan Manggarai Barat. Perubahan ini terjadi pada tahun 2003. Pemekaran wilayah ini bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Sehingga secara historis antara masyarakat Manggarai dan Manggarai Barat tidak dapat dipisahkan diantara keduanya.
Masyarakat Manggarai (termasuk masyarakat Manggarai Barat) merupakan bagian dari enam kelompok etnis di Pulau Flores seperti diuraikan di atas. Manggarai adalah bagian dari Manggarai-Riung. Dalam masyarakat tradisional Manggarai termasuk Manggarai Barat terdiri dari 38 kedaluan (hameente), yakni: Ruteng, Rahong, Ndoso, Kolang, Lelak, Wotong, Todo, Pongkir, Pocoleok, Sita, Torokgolo, Ronggakoe, Kepo, Manus, Rimu, Welak, Pacar, Reho, Bari, Pasat, Nggalak, Ruis, Reo, Cibal, Lambaleda, Congkar, Biting, Pota, Rembong, Rajong, Ngoo, Mburak, Kempo, Boleng, Matawae, Lo’o dan Bajo. Dari setiap kedaluan bersemi mitos atau kisah kuno mengenai asal usul leluhurnya dengan banyak kesamaan, yaitu bagaimana nenek moyangnya datang dari laut/seberang, bagaimana nenek moyangnya turun dari gunung, menyebar dan mengembangkan hidup dan kehidupan purbanya serta titisannya.

Seperti daerah lain di NTT, Manggarai juga mendapat pengaruh pengembaraan dari orang-orang dari seberang, seperti Cina, Jawa, Bugis, Makasar, Belanda dan sebagainya.
Cina
Pengaruh Cina cukup kuat dan merata di seluruh propinsi NTT. Di Manggarai, pengaruh Cina dibuktikan dengan ditemukannya barang-barang Cina seperti guci, cermin, perunggu, uang cina dan sebagainya. Pengaruh Cina dimulai sejak awal masehi. Dari benda-benda yang ditemukan di Warloka terdapat sejumlah benda antik dari Dinasti Sung dan Ming, dibuat antara tahun 960 sampai tahun 1644.
Jawa
Pengaruh Jawa terutama berlangsung pada masa Hindu. Di Timo, pada tahun 1225 telah ada utusan dari Jawa. Diberbagai daerah di NTT ditemukan mitos mengenai Madjapahit. Sedangkan di Manggarai, label Jawa jadi toponimi di beberapa tempat, seperti Benteng Jawa.
Bugis, Makasar, Bima.
Pengaruh Bugis, Makasar di NTT termasuk luas, di Flores, Solor, Lembata, Alor dan Pantar. Kesultanan Goa. Sekitar tahun 1666, orang-orang Makasar, Sultan Goa, tidak hanya menguasai Flores Barat bagian selatan, tetapi juga seluruh Manggarai. Mereka menyetorkan upeti / pajak ke Sultan Goa. Kesultanan Goa berjaya di Flores sekitar tahun 1613 –1640. Pengaruh Goa nampak diantaranya pada budaya baju bodo dan pengistilahan Dewa Tertinggi Mori Kraeng. Dalam peristilahan harian, kata Kraeng dikenakan bagi para ningrat. Istilah tersebut mengingatkan gelar Kraeng atau Daeng dari gelar kebangsawanan di Sulawesi Selatan.
Kesultanan Bima. Pada tahun 1722, Sultan Goa dan Bima berunding. Hasil perundingan, daerah Manggarai diserahkan kepada Sultan Bima sebagai mas kawin. Sementara itu, di Manggarai muncul pertentangan antara Cibal dan Todo. Tak pelak, meletus pertempuran di Reok dan Rampas Rongot atau dikenal dengan Perang Rongot, yang dimenangkan Cibal.
Pertentangan antara Cibal dan Todo, kemudian melahirkan Perang Weol I, Perang Weol II dan Perang Bea Loli (Wudi). Perang Weol Ikemenangan di pihak Cibal. Tetapi dalam perang Weol II dan Perang Bea Loli, Cibal mengalami kekalahan. Bima saat itu membantu Todo. Kenyataan ini mengkokohkan posisi Bima di Manggarai, hingga masuknya pengaruh ekspedisi Belanda pertama tahun 1850 dan ekspedisi kedua tahun 1890 dibawah pimpinan Meerburg.
Ekspedisi yang terakhir pada tahun 1905 dibawah Pimpinan H.Christofel. Kehadiran Belanda di Manggarai, membuahkan perlawanan sengit antara Belanda dan rakyat Manggarai di bawah Pimpinan Guru Amenumpang yang bergelar Motang Rua tahun 1907 dan 1908. Namun sebelum menghadapi perlawanan Motang Rua, Belanda mendapat perlawanan dari Kraeng Tampong yang akhirnya tewas ditembak Belanda dan dikuburkan di Compang Mano.
Selain Kesultanan Goa dan Bima
Kerajaan lain yang pernah berkuasa di Manggarai adalah Kerajaan Cibal, Kerajaan Lambaleda, Kerajaan Todo, Kerajaan Tana Dena dan Kerajaan Bajo. Pada saat ini bukti serajah tentang kerajaan tersebut yang masih tersisa adalah Kerajaan Todo, walaupun kondisinya sudah sangat memprihatinkan. Referensi tentang penelusuran tentang kerajaan-kerajaan Manggarai sulit untuk didapatkan.
Belanda
Pengaruh Belanda ada sejak adanya 3 kali ekspedisi Belanda ke Manggarai, yaitu tahun 1850,1890, dan tahun 1905. Pengaruh Belanda di Manggarai terutama pada didirikannya sekolah-sekolah dan agama Katolik.
Penyebaran agama Islam
Pada abad ke-16, Belanda berekspansi ke Flores Barat untuk menguasai Manggarai. Penguasaan Manggarai tidak dilakukan secara langsung oleh Belanda, tetapi melalui Kerajaan Goa yang berkedudukan di Makasar. Jadi, Manggarai di bawah kekuasaan Kerajaan Goa. Saat itu orang orang Sulawesi memang telah memeluk agama Islam. Kehadiran Kerajaan Goa di Manggarai tidak menyebarkan agama. Kerajaan Goa hanya menjalankan pemerintahan yang digariskan Belanda.
Meski demikian, secara kultural, simbol-simbol islamik dan doa-doa tradisional, khususnya, banyak dipengaruhi tradisi islamik Goa dan Bima. Ada beberapa istilah yang sama antara orang Sulawesi, Bima, dan Manggarai, atau kemungkinan istilah itu berasal dari bahasa Makasar-Bugis, seperti kraeng sebagai gelar bangsawan di wilayah Kerajaan Goa. Istilah itu digunakan pula untuk gelar bangsawan di Manggarai sampai sekarang.
Mori, sengaji yang berarti Tuhan dalam bahasa Goa, juga mengandung arti yang sama di Manggarai. Kata kreba (kabar), rodong (sejenis kerudung yang hanya dipakai wanita), sa dako (sedikit atau segenggam), sebuah istilah yang biasa merujuk pada perilaku adil terhadap sesama. Selain itu, dikenal pula simbol-simbol dalam cara berpakaian. Orang Manggarai, terutama kaum pria, hanya merasa sah atau percaya diri, jika ia mengenakan peci hitam.
Peci dan sarung sebagai pakaian resmi yang biasa digunakan dalam penampilanpesta atau acara ritual, termasuk mengikuti ritual misa di gereja. Cara berpakaian dan jenis pakaian seperti menjadi lambang kemanggaraian. Dari ciri kultural tersebut, orang Manggarai lebih dekat dengan Sape dan Bima di Nusa Tenggara Barat ketimbang suku bangsa Ngada, atau Ende, atau suku bangsa lain di Flores. Ditemukan pula gejala parabahasa untuk berdoa secara islamik.
Penyebaran agama Katholik Roma
Kristianitas, khususnya Katholik, sudah dikenal penduduk Pulau Flores sejak abad ke-16. Tahun 1556 Portugis tiba pertama kali di Solor. Tahun 1561 Uskup Malaka mengirim empat misionaris Dominikan untuk mendirikan misi permanen di sana. Tahun 1566 Pastor Antonio da Cruz membangun sebuah benteng di Solor dan sebuah Seminari di dekat Kota Larantuka. Tahun 1577 saja sudah ada sekitar 50.000 orang Katolik di Flores (Pinto, 2000: 33-37).
Kemudian tahun 1641 terjadi migrasi besar besaran penduduk Melayu Kristen ke Larantuka ketika Portugis ditaklukkan Belanda di Malaka. Sejak itulah kebanyakan penduduk Flores mulai mengenal kristianitas, dimulai dari Pulau Solor dan Larantuka di Flores Timur kemudian menyebar ke seluruh daratan Flores (termasuk ke daerah Manggarai dan Manggarai Barat) dan Timor. Dengan demikian, berbeda dari penduduk di daerah-daerah lain di Indonesia, mayoritas masyarakat Pulau Flores memeluk agama Katholik. Penyebaran ini banyak dilakukan melalui peningkatan pendidikan masyarakat.

Profil Bupati & Wakil Bupati Manggarai Barat Semua Periode

1. Drs W. Fidelis Pranda & Drs. Agustinus Ch Dula

Merupakan pasngan Bupati dan Wakil bupati Manggarai Barat yang pertama yaitu periode 2005-2010.

 
 
Pilkada 2005 berhasil dimenangkan pasangan Wilfridus Fidelis Pranda-Agustinus Ch Dula. Pasangan ini berhasil meraup 53,75% suara sah dengan total perolehan suara sebanyak 50.032 suara.
Dari lima kecamatan yang ada di Mabar saat itu, pasangan Pranda-Dula unggul di tiga kecamatan yaitu Lembor (20.371 suara), Komodo (10.844 suara) dan Macang Pacar (7.011).
Perolehan suara kedua diraih pasangan Ferdinandus Pantas-Tobias Wanus yang mendulang suara sebanyak 26.682 suara (28,67%).
Pasangan ini unggul di Kecamatan Kuwus dengan perolahan suara sebanyak 9.602 suara (51,21%).
Pasangan Yohanes Suhandi-Onesimus Jaman hanya memperoleh 16.368 suara ( 17,58%). Pasangan ini unggul di Kecamatan Sano Nggoang dengan perolahan suara sebanyak 5.924 suara (50,44%).


2. Drs. Agustinus Ch Dula & Drs Maximus Gasa, M.Si

    Merupakan Bupati & Wakil Bupati kedua Manggarai Barat periode 2010-2010


Menariknya, pada Pilkada 2010 ini, calon incumbent yaitu Fidelis Pranda dan Agustinus Ch Dula pecah kongsi. Keduanya, menggandeng pasangan lain dalam Pilkada 2010.
Pilkada 2010 ini berhasil dimenangkan oleh pasangan Agustinus Ch Dula-Maximus Gasa. Kedunya berhasil meraup 34.972 suara atau 31,15% dari total suara sah  112.284 suara.
Dengan perolahan suara sebanyak itu, pasangan ini langsung dinyatakan sebagai pemenang, tidak ada Pilkada putaran kedua, karena perolehan suaranya di atas 30%.
Dari tuju kecamatan yang ada di Mabar pada 2010, pasangan ini unggul di Kecamatan Komodo (36,71%),Sano Nggoang (38,84%), Lembor (36,27%) dan Kuwus (28,49%).
Berikut peroleha suara lengkap Pilkada Mabar 2010 :
  1. Ir. Yohanes W. Wempi Hapan, M.Sc. dan Ir. Monaldus Nadjib : 3.225 suara (2,87%)
  2. Drs W.Fidelis Pranda dan Vinsensius Pata SH : 29.401 suara (26,18%).
  3. Mateus Hamsi S.Sos dan Theodorus Hagur : 12.968 suara (11,55%)
  4. Drs Yosf Ardis dan Bernadus Barat Daya SH, MH : 11.177 (9,95%)
  5. Drs Saferinus Dagun dan Fransiskus Sukamaniara : 2.435 suara (2,17%)
  6. Paul Serak Baut M.Si dan Drs Petrus Malada : 3.243 suara (2,89%)
  7. Drs Antony Bagul Dagur M.Si dan H. Abdul Asis, S.Sos : 14.863 suara (13,24%)
  8. Drs Agustinus Ch.Dula dan Drs Maximus Gasa M.Si : 34.972 (31,15%).
Pada 10 Juni 2010, KPUD Manggarai Barat menetapkan pasangan Agustinus Ch Dula dan Maximus Gasa sebagai pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih untuk periode 2010-2015.
Pasangan yang menang ini kemudian dikukuhkan menjadi bupati dan wakil bupati Manggarai Barat pada 9 Agustus 2010 oleh Menteri Dalam Negeri.
Namun, dinamikanya tak berhenti sampai di situ. Pasangan Fidelis Pranda-Vinsesius Pata yang mendapat suara mayoritas kedua, menggugat hasil Pilkada ini ke pengadilan.
Pada 7 Mei 2012 bahkan Mahkamah Agung (MA) membatalkan dan mencabut Surat Keputusan Mendagri Nomor 131.53 – 462 tahun 2010 tertanggal 9 Agustus 2010 yang mengangkat pasangan Agustinus CH Dulla dan Maksimus Gasa sebagai Bupati dan Wakil Bupati Mabar.


3. Drs. Agustinus Ch Dula & Drh Maria Geong, PhD

    Merupakan pasang Bupati & Wakil Bupati Manggarai Barat periode 2015-2020


Pilkada 2015 tidak kalah menarik dengan pilkada sebelumnya pilkada 2010 karena Pasangan Bupati & Wakil Bupati 2010-2015 terpecah. Drs Agustinus Ch Dula menggandeng Drh Maria Geong, PhD sebagai Wakil Bupati 2015-2020 sedangkan Wakil Bupati 2010-2015 Drs. Gasa Maximus, M.Si mencalonkan diri sebagai bupati 2015-2020 dengan wakil H. Abdul Asis, M.Pd.i
Pada Pilkada kali memengkan pasangan Drs. Agustinus CH. Dula dan Drh. Maria Geong, Ph.D dengan perolehan suara 29205 Suara (25,42%)



Hasil Pemilu 2015

















Pasangan Calon Perolehan Suara
Drs. Agustinus CH. Dula dan Drh. Maria Geong, Ph.D 29205 Suara (25,42%)
Drs. Tobias Wanus dan Fransiskus Sukmaniara 15216 Suara (13,25%)
Mateus Hamsi, S.Sos dan Drs. Paul Serak Baut, M.Si 23358 Suara (20,33%)
Drs. Gasa Maximus, M.Si dan H. Abdul Asis, M.Pd.i 22370 Suara (19,47%)
Ir. Pantas Ferdinandus, M.Si dan Yohanes Dionisius Hapan 24730 Suara (21,53%)
Total Suara Sah 114.440 Suara (99,59%)


http://www.floresa.co/2015/08/06/kilas-balik-pilkada-mabar-dari-2005-2015/
http://www.narareba.com/2015/12/perolehan-suara-pilkada-2015-NTT..html

Sejarah Penyebaran Agama & Budaya di Pulau Flores, NTT


Seperti daerah lain di NTT, Manggarai juga mendapat pengaruh pengembaraan dari orang-orang dari seberang, seperti Cina, Jawa, Bugis, Makasar, Belanda dan sebagainya.

Cina
Pengaruh Cina cukup kuat dan merata di seluruh propinsi NTT. Di Manggarai, pengaruh Cina dibuktikan dengan ditemukannya barang-barang Cina seperti guci, cermin, perunggu, uang cina dan sebagainya. Pengaruh Cina dimulai sejak awal masehi. Dari benda-benda yang ditemukan di Warloka terdapat sejumlah benda antik dari Dinasti Sung dan Ming, dibuat antara tahun 960 sampai tahun 1644.

Jawa
Pengaruh Jawa terutama berlangsung pada masa Hindu. Di Timo, pada tahun 1225 telah ada utusan dari Jawa. Diberbagai daerah di NTT ditemukan mitos mengenai Madjapahit. Sedangkan di Manggarai, label Jawa jadi toponimi di beberapa tempat, seperti Benteng Jawa.

Bugis, Makasar, Bima.
Pengaruh Bugis, Makasar di NTT termasuk luas, di Flores, Solor, Lembata, Alor dan Pantar. Kesultanan Goa. Sekitar tahun 1666, orang-orang Makasar, Sultan Goa, tidak hanya menguasai Flores Barat bagian selatan, tetapi juga seluruh Manggarai. Mereka menyetorkan upeti / pajak ke Sultan Goa. Kesultanan Goa berjaya di Flores sekitar tahun 1613 –1640. Pengaruh Goa nampak diantaranya pada budaya baju bodo dan pengistilahan Dewa Tertinggi Mori Kraeng. Dalam peristilahan harian, kata Kraeng dikenakan bagi para ningrat. Istilah tersebut mengingatkan gelar Kraeng atau Daeng dari gelar kebangsawanan di Sulawesi Selatan.
Kesultanan Bima. Pada tahun 1722, Sultan Goa dan Bima berunding. Hasil perundingan, daerah Manggarai diserahkan kepada Sultan Bima sebagai mas kawin. Sementara itu, di Manggarai muncul pertentangan antara Cibal dan Todo. Tak pelak, meletus pertempuran di Reok dan Rampas Rongot atau dikenal dengan Perang Rongot, yang dimenangkan Cibal.
Pertentangan antara Cibal dan Todo, kemudian melahirkan Perang Weol I, Perang Weol II dan Perang Bea Loli (Wudi). Perang Weol Ikemenangan di pihak Cibal. Tetapi dalam perang Weol II dan Perang Bea Loli, Cibal mengalami kekalahan. Bima saat itu membantu Todo. Kenyataan ini mengkokohkan posisi Bima di Manggarai, hingga masuknya pengaruh ekspedisi Belanda pertama tahun 1850 dan ekspedisi kedua tahun 1890 dibawah pimpinan Meerburg.
Ekspedisi yang terakhir pada tahun 1905 dibawah Pimpinan H.Christofel. Kehadiran Belanda di Manggarai, membuahkan perlawanan sengit antara Belanda dan rakyat Manggarai di bawah Pimpinan Guru Amenumpang yang bergelar Motang Rua tahun 1907 dan 1908. Namun sebelum menghadapi perlawanan Motang Rua, Belanda mendapat perlawanan dari Kraeng Tampong yang akhirnya tewas ditembak Belanda dan dikuburkan di Compang Mano.

Selain Kesultanan Goa dan Bima
Kerajaan lain yang pernah berkuasa di Manggarai adalah Kerajaan Cibal, Kerajaan Lambaleda, Kerajaan Todo, Kerajaan Tana Dena dan Kerajaan Bajo. Pada saat ini bukti serajah tentang kerajaan tersebut yang masih tersisa adalah Kerajaan Todo, walaupun kondisinya sudah sangat memprihatinkan. Referensi tentang penelusuran tentang kerajaan-kerajaan Manggarai sulit untuk didapatkan.

Belanda
Pengaruh Belanda ada sejak adanya 3 kali ekspedisi Belanda ke Manggarai, yaitu tahun 1850,1890, dan tahun 1905. Pengaruh Belanda di Manggarai terutama pada didirikannya sekolah-sekolah dan agama Katolik.

Penyebaran agama Islam
Pada abad ke-16, Belanda berekspansi ke Flores Barat untuk menguasai Manggarai. Penguasaan Manggarai tidak dilakukan secara langsung oleh Belanda, tetapi melalui Kerajaan Goa yang berkedudukan di Makasar. Jadi, Manggarai di bawah kekuasaan Kerajaan Goa. Saat itu orang orang Sulawesi memang telah memeluk agama Islam. Kehadiran Kerajaan Goa di Manggarai tidak menyebarkan agama. Kerajaan Goa hanya menjalankan pemerintahan yang digariskan Belanda.
Meski demikian, secara kultural, simbol-simbol islamik dan doa-doa tradisional, khususnya, banyak dipengaruhi tradisi islamik Goa dan Bima. Ada beberapa istilah yang sama antara orang Sulawesi, Bima, dan Manggarai, atau kemungkinan istilah itu berasal dari bahasa Makasar-Bugis, seperti kraeng sebagai gelar bangsawan di wilayah Kerajaan Goa. Istilah itu digunakan pula untuk gelar bangsawan di Manggarai sampai sekarang.
Mori, sengaji yang berarti Tuhan dalam bahasa Goa, juga mengandung arti yang sama di Manggarai. Kata kreba (kabar), rodong (sejenis kerudung yang hanya dipakai wanita), sa dako (sedikit atau segenggam), sebuah istilah yang biasa merujuk pada perilaku adil terhadap sesama. Selain itu, dikenal pula simbol-simbol dalam cara berpakaian. Orang Manggarai, terutama kaum pria, hanya merasa sah atau percaya diri, jika ia mengenakan peci hitam.
Peci dan sarung sebagai pakaian resmi yang biasa digunakan dalam penampilanpesta atau acara ritual, termasuk mengikuti ritual misa di gereja. Cara berpakaian dan jenis pakaian seperti menjadi lambang kemanggaraian. Dari ciri kultural tersebut, orang Manggarai lebih dekat dengan Sape dan Bima di Nusa Tenggara Barat ketimbang suku bangsa Ngada, atau Ende, atau suku bangsa lain di Flores. Ditemukan pula gejala parabahasa untuk berdoa secara islamik.

Penyebaran agama Katholik Roma
Kristianitas, khususnya Katholik, sudah dikenal penduduk Pulau Flores sejak abad ke-16. Tahun 1556 Portugis tiba pertama kali di Solor. Tahun 1561 Uskup Malaka mengirim empat misionaris Dominikan untuk mendirikan misi permanen di sana. Tahun 1566 Pastor Antonio da Cruz membangun sebuah benteng di Solor dan sebuah Seminari di dekat Kota Larantuka. Tahun 1577 saja sudah ada sekitar 50.000 orang Katolik di Flores (Pinto, 2000: 33-37).
Kemudian tahun 1641 terjadi migrasi besar besaran penduduk Melayu Kristen ke Larantuka ketika Portugis ditaklukkan Belanda di Malaka. Sejak itulah kebanyakan penduduk Flores mulai mengenal kristianitas, dimulai dari Pulau Solor dan Larantuka di Flores Timur kemudian menyebar ke seluruh daratan Flores (termasuk ke daerah Manggarai dan Manggarai Barat) dan Timor. Dengan demikian, berbeda dari penduduk di daerah-daerah lain di Indonesia, mayoritas masyarakat Pulau Flores memeluk agama Katholik. Penyebaran ini banyak dilakukan melalui peningkatan pendidikan masyarakat.

http://manggaraibaratkab.go.id/site/index.php/sekilas/2013-03-14-02-20-11/sejarah#manggarai-sampai-abad-xix

Sejarah Pulau Flores & Manggarai Barat


Nama Pulau Flores berasal dari Bahasa Portugis “Copa de Flores” yang berarti “ Tanjung Bunga”. Nama ini diberikan oleh S.M.Cabot untuk menyebut wilayah paling timur dari Pulau Flores. Nama ini secara resmi dipakai sejak tahun 1636 oleh Gubernur Jendral Hindia Belanda Hendrik Brouwer. Nama Flores sudah dipakai hampir empat abad. Lewat sebuah studi yang cukup mendalam Orinbao (1969) nama asli Pulau Flores adalah Nusa Nipa yang berarti Pulau Ular.
Sejarah masyarakat Flores menunjukkan bahwa pulau ini dihuni oleh berbagai kelompok etnis. Masingmasing etnis menempati wilayah tertentu lengkap dengan pranata sosial budaya dan ideologi yang mengikat anggota masyarakatnya secara utuh (Barlow, 1989; Taum, 1997b). Ditinjau dari sudut bahasa dan budaya, etnis di Flores (Keraf, 1978; Fernandez, 1996) adalah sebagai berikut:
  • Etnis Manggarai - Riung (yang meliputi kelompok bahasa Manggarai, Pae, Mbai, Rajong, dan Mbaen);
  • Etnis Ngadha-Lio (terdiri dari kelompok bahasa-bahasa Rangga, Maung, Ngadha, Nage, Keo, Palue, Ende dan Lio);
  • Etnis Mukang (meliputi bahasa Sikka, Krowe, Mukang dan Muhang);
  • Etnis Lamaholot (meliputi kelompok bahasa Lamaholot Barat, Lamaholot Timur, dan Lamaholot Tengah);
  • Etnis Kedang (yang digunakan di wilayah Pulau Lembata bagian selatan).
Masyarakat Manggarai Barat merupakan bagian dari masyarakat Manggarai. Pada zaman reformasi, Manggarai mengalami perubahan, dengan melakukan pemekaran wilayah menjadi Manggarai dan Manggarai Barat. Perubahan ini terjadi pada tahun 2003. Pemekaran wilayah ini bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Sehingga secara historis antara masyarakat Manggarai dan Manggarai Barat tidak dapat dipisahkan diantara keduanya.
Masyarakat Manggarai (termasuk masyarakat Manggarai Barat) merupakan bagian dari enam kelompok etnis di Pulau Flores seperti diuraikan di atas. Manggarai adalah bagian dari Manggarai-Riung. Dalam masyarakat tradisional Manggarai termasuk Manggarai Barat terdiri dari 38 kedaluan (hameente), yakni: Ruteng, Rahong, Ndoso, Kolang, Lelak, Wotong, Todo, Pongkir, Pocoleok, Sita, Torokgolo, Ronggakoe, Kepo, Manus, Rimu, Welak, Pacar, Reho, Bari, Pasat, Nggalak, Ruis, Reo, Cibal, Lambaleda, Congkar, Biting, Pota, Rembong, Rajong, Ngoo, Mburak, Kempo, Boleng, Matawae, Lo’o dan Bajo. Dari setiap kedaluan bersemi mitos atau kisah kuno mengenai asal usul leluhurnya dengan banyak kesamaan, yaitu bagaimana nenek moyangnya datang dari laut/seberang, bagaimana nenek moyangnya turun dari gunung, menyebar dan mengembangkan hidup dan kehidupan purbanya serta titisannya.

http://manggaraibaratkab.go.id/site/index.php/sekilas/2013-03-14-02-20-11/sejarah#sejarah-pulau-flores

Jumlah Kecamatan di Manggarai Barat


  1. Kecamatan Komodo
  2. Kecamatan Sano Nggoang
  3. Kecamatan Mbeliling
  4. Kecamatan Boleng
  5. Kecamatan Kuwus
  6. Kecamatan Lembor
  7. Kecamatan Lembor Selatan
  8. Kecamatan Welak
  9. Kecamatan Ndoso 
  10. Kecamatan Macang Pacar 
Pada awal berdirinya terbagi atas 7 kecamatan yaitu Kecamatan Komodo, Kecamatan Sano Nggoang, Kecamatan Boleng, Kecamatan Lembor, Kecamatan Welak, Kecamatan Kuwus, Kecamatan Macang Pacar dan pada tahun 2011 dimekarkan menjadi 10 kecamatan dengan tambahan wilayah pemekaran yakni Kecamatan Lembor Selatan, Kecamatan Mbeliling dan Kecamatan Ndoso. 

https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Manggarai_Barat

Jumat, 04 Maret 2016

Logo AKL Muhammadiyah Makassar


Visi & Misi AKL Muhammadiyah Makassar


Visi
Menjadi Perguruan Tinggi Kesehatan Lingkungan yang Unggul, Berdaya Saing, Berwawasan Global dan Islami pada tahun 2025.

Misi
  1. Menyelenggarakan pendidikan yang bermutu.
  2. Melaksanakan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat sebagai wujud dari pengimplementasian ilmu sanitasi dan kesehatan lingkungan.
  3. Menyelenggarakan pengelolaan akademi yang amanah.
  4. Meningkatkan pemahaman keislaman sebagai landasan pengembangan ilmu dan kehidupan akademik.
  5. Menjalin kerjasama untuk meningkatkan daya saing akademik.

Logo AkDib Muhammadiyah Makassar


Visi & Misi AkBid Muhammadiyah Makassar


Visi 
Terwujudnya institusi yang unggul, kompetitif dan berakhlak mulia di indonesia timur.
 
Misi  

  1. Mengembangkan kurikulum berbasis kompetensi sesuai kemajuan ilmu pengetahuan & teknologi.
  2. Menerapkan kurikulum Al Islam Kemuhammadiyaha, Berbahasa Arab dan Inggris Terapan.
  3. Meningkatkan dan mengembangkan kualitas tenaga pengelola dan tenaga dosen dengan pelatihan dan pendidikan lanjut.
  4. Memperluas kerjasama dengan stakeholder dalam mewujudkan Catur Dharma Tinggi.
  5. Menciptakan budaya akademik yang islami.
  6. Meningkatkan dan mengembangkan sarana dan prasarana

Logo ATRO Muhammadiyah Makassar


Visi & Misi ATRO Muhammadiyah Makassar


VISI:
 
Mewujudkan Akademi Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi sebagai pusat pendidikan radiografi yang islami dan terkemuka di kawasan Indonesia Bagian Timur pada tahun 2015

MISI:
  •  Menyelenggarakan pendidikan yang berbasis IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) di bidang radiologi dan menjunjung tinggi IMTAQ (Iman dan Takqwa)
  •  Menyelenggarakan kegiatan Tridarma Perguruan Tinggi dalam bidang radiologi di kawasan Timur Indonesia maupun nasional
  • Membentuk radiografer yang memiliki kompetensi tinggi dan berakhlak mulia yang mampu bersaing dalam dunia global

Logo ATEM Muhammadiyah Makassar


Visi & Misi ATEM Muhammadiyah Makassar


Visi

Menjadi perguruan Tinggi Elektromedik yang berdaya saing untuk menghasilkan tenaga Profesional di bidang Peralatan kesehatan  yang berakhlak mulia

Misi
  1. Menyelenggarakan pendidikan , Penelitian Dan Pengabdian  Pada masyarakat  Dalam Upaya Menciptakan Tenaga Elektromedik YANG PROFESIONAL.
  2. Meningkatkan  pelaksanaan  KURIKULUM AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAAN.
  3. Meningkatkan hubungan kemitraan di bidang Elektromedik untuk pengembangan Institusi
  4. Meningkatkan pengelolaan Sumber daya dengan menerapkan IPTEKS sehingga menghasilkan pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat
  5. Mengembangkan sarana dan prasarana pendidikan

Logo AkPer Muhammadiyah Makassar


Visi & Misi AkPer Muhammadiyah Makassar


Visi
Visi Akademi Keperawatan Muhammadiyah Makassar sesuai Statuta tahun 2014 adalah menjadi Perguruan Tinggi Keperawatan yang Islami, berdaya saing tinggi dan unggul dalam bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

Misi
  1. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran keperawatan yang berkualitas dan Islami
  2. Menyelenggarakan penelitian keperawatan yang berkualitas dan berkesinambungan yang dapat membantu masyarakat mencapai derajat kesehatan yang optimal.
  3. Menyelenggarakan pengabdian masyarakat  berbasis pada pendidikan dan hasil penelitian.
  4. Menyelenggarakan tata kelola yang amanah, efektif dan efisien yang mendukung penyelenggaraan Tri Darma Perguruan Tinggi
  5. Menyelenggarakan pembinaan civitas akademika dalam kehidupan yang Islami